Kemarin saya membaca sebuah cerita pendek karangan Anthony de Mello. Ceritanya seperti ini, “menurut suatu dongeng di India kuno, ada seekor tikus yang selalu tertekan karena takut kepada seekor kucing. Seorang tukang sihir merasa kasihan kepadanya lalu mengubahnya menjadi seekor kucing. Tetapi kemudian ia menjadi takut kepada anjing. Tukang sihir tersebut lalu mengubahnya lagi menjadi seekor anjing. Setelah menjadi anjing, muncul lagi ketakutannya kepada harimau. Maka tukang sihir tersebut mengubahnya menjadi seekor harimau. Menjadi harimau ternyata tidak membuat ketakutannya hilang. Dia mulai takut kepada pemburu. Pada saat itu tukang sihir menyerah. Ia mengubah harimau tersebut menjadi seekor tikus lagi dan berkata “Apa pun yang saya lakukan tidak akan membantumu karena engkau mempunyai hati seekor tikus.”
Perasaan takut yang dialami tikus dalam cerita tadi seringkali pula kita alami dalam hidup. Kita merasa takut terhadap sesuatu, takut terhadap masa depan, cemas terhadap ketidakpastian, takut gagal, takut mati, takut ditinggalkan, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Saya punya ketakutan, dan saya yakin kamu pun juga punya rasa takut.
Dalam ilmu psikologi, ketakutan atau kecemasan diartikan sebagai an unpleasant emotion triggered by anticipation of future events, memories of past events, or rumination about the self. Psychologist mengkategorikan kecemasan menjadi dua. Normal anxiety dan disorder anxiety. Normal anxiety occurs when people react appropriately to the situation causing the fear. For example, most people feel anxious on the first day at a new job. They may be unfamiliar with their duties, or they may be unsure they made the correct decision in taking the job. Despite these feelings and any accompanying phsycological responses. They carry on and eventually adapt. Sedangkan disorder anxiety adalah perasaan cemas yang terrefleksikan dalam tindakan yang di luar kewajaran. Sebagai contoh, penderita obsessive compulsive yang mencuci tangan berulang-ulang karena cemas dengan adanya kuman di tangannya.
Ketika kamu merasa cemas, otak memberikan komando kepada beberapa organ tubuh lain sehingga membuat perubahan fisiologis. Detak jantung meningkat, muncul keringat dingin, trembling, dizziness, and tension which may range severity and origin. Di dalam pikiran pun, kecemasan yang terjadi bisa sangat meyakinkan sehingga segala hal yang seharusnya mudah untuk dilakukan, bisa menjadi sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Dan jika ini terjadi, ini menjadi sangat berbahaya karena tindakanmu akan menjadi terhenti.
Lalu bagaimana mengatasi kecemasan? Dari pengalaman hidupku aku mendapatkan cara-cara untuk mengatasi kecemasanku.
1. Terima fakta kecemasan
Menerima fakta bahwa aku cemas terhadap suatu hal ternyata memudahkanku untuk beradaptasi ketika aku menghadapi sumber kecemasanku. Contohnya seperti ini, sebelum berangkat ke Riau, aku benar-benar cemas karena aku belum pernah pergi sampai keluar pulau. Dalam pikiranku muncul ketakutan tentang bagaimana nanti di Riau, bagaimana perjalananku kesana, apakah aku akan betah dsb. Berhari- hari aku sangat cemas mengenai situasi tersebut. Aku ingat di malam sebelum aku berangkat, akhirnya aku baru menerima bahwa aku harus pergi dari zona nyamanku di Jogja.
2. rubah persepsi.
Merubah persepsi dari “aku cemas” menjadi “aku bersyukur” ternyata sangat membantuku pula dalam menghadapi sumber kecemasanku. Sebelum aku menerima kecemasanku untuk pergi ke Riau, banyak sekali keluhan kecemasan yang muncul dari mulutku, Tetapi setelah aku berusaha untuk merubah persepsiku, menjadi aku bersyukur karena sedikit orang yang dapat pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, atau menjadi tahu situasi kota lain, perlahan kecemasanku itu berkurang.
3. Do what you fear
Perlu keberanian untuk melihat rasa cemas sebagai hasil pemikiran resah. Ada suatu pepatah”make mistake and learn from them”. Ternyata 90 persen dari kekhawatiran tidak akan terjadi dan 10 persen di luar kendali kita. So, kenapa harus takut? Taklukkan rasa takut dengan melakukan segala hal yang kamu takutkan selama ini. Aku memutuskan untuk berangkat dari Jogja ke Riau dan ternyata apa yang kucemaskan waktu itu tidak terjadi.
Rekan-rekan sekalian, jangan biarkan kecemasan menguasaimu, sadarilah kecemasanmu, rubah persepsimu, lakukan apa yang kamu cemaskan dan percayalah, ada keindahan yang akan kamu dapatkan..
03 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar